Setelah  menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah  Nabi Nuh  mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan  bahan yang  diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil  tempat di  luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan  rajin dan  tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal  yang  diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan   masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi   menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan   cemuhan kaumnya yang
kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina   kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai   Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat   kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa   sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang   engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk   ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik  kapalmu  ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh  dengan  sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja  saatnya  nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka  akan  tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu   ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya   azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat   pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari   Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan   terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di   dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis   makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku." Kemudian   tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan   dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda   seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang   tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat   berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang   telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang   diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan  iringan "Bismillahi majraha wa mursaha" belayarlah kapal Nabi  Nuh  dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang  kala  lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal   terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang   menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia   menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu. Tatkala Nabi   Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat   orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan   air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama   "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak   menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman   Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih   sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam   keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak   dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah   kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan   berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya   maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh,   yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya   yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan   panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang   menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi   berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku   sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh   air bah ini."
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat   menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa   tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang  telah  ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan   keampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah   Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan   mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya   dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam   keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau   berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya   puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku   dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim   yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya   dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah   menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan   mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.Coretlah namanya   dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu   mengikuti jalan mu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan   golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan   perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang   mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa   nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani   hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung.   Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau   belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam   golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta   kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan   ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia   sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk   menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri   darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta   dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan   harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan   menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya   Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat,   ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang   aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan   maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang  yang  rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah   kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah,   surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas   bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi  Nuh:"Turunlah  wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang  menyertaimu dengan  selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku  bagimu dan bagi umat  yang menyertaimu."
Petikan atas dipetik dari : Wikipedia
Pada masa kini juga, kita telah heboh mengenai penemuan tapak kawasan  Bahtera Nuh. Ianya adalah sebuah kapal  yang dibangun atas perintah  Tuhan untuk  menyelamatkan Nuh, keluarga, kaumnya yang beriman dan  kumpulan binatang  yang ada di seluruh dunia dari air bah. Kisah ini  terdapat dalam Kitab  Kejadian dalam Perjanjian Lama dan Al-Quran.
Mari lihat paparan video ini:
Ianya telah dijumpai oleh satu  kumpulan peneroka Kristian Injil mendakwa bahawa mereka telah menemui sisa bahtera Nuh di bawah salji dan puing-puing gunung berapi di Gunung Ararat Turki (peta).





No comments:
Post a Comment