KALAU LAWATI TOLONG SIGN GUEST BOOK YE

27 September 2011

Pengakuan Raja Heraclius Tentang Muhammad Saw

Potret Hereclius pada syiling lama


Pada masa Perjanjian Hudaibiyah atau gencatan senjata antara kaum muslimin dan musyrikin Quraisy, Rasulullah saw mengutus beberapa sahabat. Mereka dikirim kepada raja-raja bangsa Arab dan bukan Arab untuk menyeru agama Islam. Salah satu sahabat yang diutus adalah Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi. Ia ditugaskan untuk menyampaikan surat dakwah kepada Heraclius, Raja Rom.

Kedatangan Dihyah diterima oleh Heraclius dengan sangat baik. Kemudian Dihyah menyampaikan surat dakwah dari Rasulullah saw kepada Raja Rom tersebut. Setelah Heraclius membaca surat Rasulullah saw, Heraclius segera menyuruh pengawalnya untuk mencari orang-orang yang mengenal Muhammad. Ketika itu Abu Sufyan berada di sana bersama serombongan kafilah dagang Quraisy.

Surat Rasulullah kepada Herclius


Para pengawal kerajaan pun melaporkan keberadaan Abu Sufyan dan teman-temannya kepada Heraclius. Kemudian dipanggilnya Abu Sufyan yang masih membenci Islam bersama teman-temannya ke hadapan Raja Rom tersebut.

Abu Sufyan dan teman-temannya datang menghadap Heraclius. Dengan didampingi seorang penerjemah, Heraclius memulakan pembicaraan dengan bertanya, "Siapa di antara kamu semua yang paling dekat dengan garis keturunannya dengan orang yang mengaku sebagai nabi ini?"

Abu Sufyan menjawab, "Saya, Tuan!"

Kemudian terjadilah dialog di antara keduanya di hadapan para petinggi istana Rom. Berikut adalah dialog yang diceritakan oleh Abu Sufyan dan diriwayatkan kembali oleh Bukhari.

Heraclius : "Bagaimana kedudukan keluarganya di antara kamu?"

Abu Sufyan : "Dia berasal dari keturunan bangsawan."

Heraclius : "Adakah di antara keluarganya mengaku Nabi?"

Abu Sufyan : "Tidak."

Heraclius : "Adakah di antara nenek moyangnya yang menjadi raja atau pemerintah?"

Abu Sufyan : "Tidak ada."

Heraclius : "Apakah pengikut agamanya itu orang kaya ataupun orang kebanyakan?"

Abu Sufyan : "Pengikutnya adatah orang lemah, miskin, budak, dan wanita muda."

Heraclius : "Jumlah pengikutnya bertambah atau berkurang?"

Abu Sufyan : "Terus bertambah dari waktu ke waktu."

Heraclius : "Setelah menerima agamanya, adakah pengikutnya itu tetap setia kepadanya ataupun merasa kecewa, lalu meninggalkannya?"

Abu Sufyan : "Tidak ada yang meninggalkannya."

Heraclius : "Sebelum dia menjadi nabi, adakah dia suka menipu?"

Abu Sufyan : "Tidak pernah."

Heraclius : "Pernahkah dia mengingkari janji atau mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya?"

Abu Sufyan : "Tidak pernah. Kami baru saja melakukan perjanjian gencatan senjata dengannya dan menunggu apa yang akan diperbuatnya."

Heraclius : "Pernahkah engkau berperang dengannya?"

Abu Sufyan : "Pernah."

Heraclius : "Bagaimana hasilnya?"

Abu Sufyan : "Kadang-kadang kami yang menang, kadang-kadang dia yang lebih baik daripada kami."

Heraclius : "Apa yang dia perintahkan kepadamu?"

Abu Sufyan : "Dia hanya memerintahkan kami untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun, meninggalkan tahyul dan kepercayaan nenek moyang kami, mengerjakan solat, membayar zakat dan berbuat baik kepada fakir miskin, bersikap jujur, memelihara apa yang diamanahkan kepada kita dan mengembalikan dalam keadaan yang baik, memelihara silaturrahim dengan semua orang, dan yang paling penting dengan keluarga sendiri."

Lalu, seperti dikisahkan oleh Abu Sufyan r.a, Heraclius memberikan tanggapan sebagai berikut melalui penerjemahnya.

Heraclius : "Aku bertanya kepadamu tentang salasiah keluarganya dan kau menjawab dia adalah keturunan bangsawan terhormat. Nabi-nabi terdahulu pun berasal dari keluarga terhormat di antara kaumnya.

Aku bertanya kepadamu apakah ada di antara keluarganya yang menjadi nabi, jawabannya tidak ada. Dari sini aku menyimpulkan bahwa orang ini memang tidak dipengaruhi oleh sesiapa pun dalam hal kenabian yang diikrarkannya, dan tidak meniru sesiapa pun dalam keluarganya.

Aku bertanya kepadamu apakah ada keluarganya yang menjadi raja atau pemerintah. Jawapannya tidak ada. Jika ada nenek moyangnya yang menjadi penguasa, aku beranggapan dia sedang berusaha mendapatkan kembali kekuasaan keturunannya.

Aku bertanya kepadamu adakah dia pernah berdusta dan menurutmu, dia tidak pernah menipu. Orang yang tidak pernah berdusta kepada sesamanya tentu tidak akan berdusta kepada Allah.

Aku bertanya kepadamu mengenai golongan orang-orang yang menjadi pengikutnya dan menurutmu pengikutnya adalah orang miskin dan hina. Demikian pula halnya dengan orang-orang terdahulu yang mendapat panggilan kenabian.

Aku bertanya kepadamu adakah jumlah pengikutnya bertambah atau berkurang. Jawapanmu, terus bertambah. Hal ini juga terjadi pada iman sampai keimanan itu lengkap.

Aku bertanya kepadamu apakah ada pengikutnya yang meninggalkannya setelah menerima agamanya dan menurutmu tidak ada. Itulah yang terjadi jika keimanan sejati telah mengisi hati seseorang.

Aku bertanya kepadamu apakah dia pernah ingkar janji dan menurutmu tidak pernah. Sifat dapat dipercaya adalah ciri kerasulan sejati.

Aku bertanya kepadamu apakah engkau pernah berperang dengannya dan bagaimana hasilnya. Menurutmu engkau berperang dengannya, kadang-kadang kamu yang menang dan kadang kala dia yang menang dalam urusan duniawi.

Para nabi tidak pernah selalu menang, tetapi mereka mampu mengatasi masa-masa sukar dalam perjuangan, pengorbanan, dan kerugiannya sehingga akhirnya mereka memperoleh kemenangan.

Aku bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya, engkau menjawab dia memerintahkanmu untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, serta melarangmu untuk menyembah berhala, dan dia menyuruhmu solat, bercakap benar, serta penuh perhatian. Jika apa yang kau katakan itu benar, dia akan segera berkuasa di tempat aku memijakkan kakiku ketika ini.

Aku tahu bahawa orang ini akan lahir, tetapi aku tidak tahu bahwa dia akan lahir dari kaummu (orang Arab). Jika aku tahu aku dapat mendekatinya, aku akan pergi menemuinya. Jika dia ada di sini, aku akan membasuh kedua kakinya dan agamanya akan menguasai tempat dua telapak kakiku!"

Selanjutnya, Heraclius berkata kepada Dihyah Al-Kalbi, "Sungguh, aku tahu bahawa sahabatmu itu seorang nabi yang akan diutus, yang kami tunggu-tunggu dan kami ketahui berita kedatangannya dalam kitab kami. Namun, aku takut orang-orang Rom akan melakukan sesuatu kepadaku. Kalau bukan kerana itu, aku akan mengikutinya!"

Untuk membuktikan kata-katanya tersebut, Heraclius memerintahkan orang-orangnya untuk mengumumkan, "Sesungguhnya Raja Heraclius telah mengikuti Muhammad dan meninggalkan agama Nasrani!" Seluruh pasukannya, lengkap dengan senjata serentak menyerbu ke dalam ruangan tempat Hereclius berada, lalu mengepungnya.

Kemudian Pemerintah Rom itu berkata, "Engkau telah melihat sendiri bagaimana bangsaku. Sungguh, aku takut kepada rakyatku!"

Heraclius meleraikan pasukannya dengan menyuruh pengawalnya mengumumkan berita, "Sesungguhnya raja lebih senang bersama kamu semua. Tadi beliau sedang menguji kamu semua untuk mengetahui kesabaran kamu semua dalam agama Nasrani. Sekarang pergilah!"

Mendengar pengumuman tersebut, terbubarlah pasukan yang hendak menyerang Hereclius tadi. Raja Hereclius pun menulis surat untuk Rasulullah saw yang terkandung, "Sesungguhnya aku telah memeluk Islam." Herclius juga menyelitkan hadiah beberapa dinar kepada Rasulullah saw.

Ketika Dihyah menyampaikan surat Raja Heraclius kepada Rasulullah saw, beliau berkata, "Musuh Allah itu berdusta! Dia masih beragama Nasrani."

Rasulullah saw pun membagi-bagikan hadiah berupa wang dinar itu kepada kaum muslimin.

No comments: