Alasan sebenarnya pokok ganja dilarang oleh undang2 seluruh dunia kecuali negara Belanda (boleh hisap tapi takleh tanam) takdalah sampai teruk menjejaskan kesihatan fikiran tubuh badan manusia sebagai alasan utama larangan penggunaannya..
1. Pokok Marijuana, canabis, ganja, pot atau hemp TIDAK menimbulkan ancaman kepada masyarakat umum, sebaliknya Pokok Ganja adalah sangat berbahaya bagi syarikat-syarikat minyak, alkohol, tembakau industri dan sejumlah besar syarikat-syarikat kimia. Berbagai perniagaan besar, dengan pelaburan berbillion ringgit menggunakan pengaruh mereka, dengan menekan kebenaran melalui undang2.
2. Kebenarannya adalah jika ganja itu ditanam macam pokok kelapa sawit dan digunakan untuk dijadikan produk komersil, hal itu akan membuat bom atom industri! Pengusaha belum pernah dididik tentang potensi produk dari pokok ganja ini. Billionaire dan orang2 kaya telah bersekongkol untuk menyebarkan maklumat yang salah tentang tanaman yang sangat serbaguna ini, dan jika digunakan dengan betul, akan menghancurkan syarikat mereka.
3. Mana Perkataan buruk pasal ganja ini datang? Pada pertengahan tahun 1930-an, Pelabor industri arak, rokok dsb yg bakal terjejas telah membuat propaganda menodai citra baik dan fenomenal sejarah tanaman ganja ...
[/u]Fakta daun ganja/U]
1. Daun ganja boleh hasilkan kertas sangat bermutu melebihi kualiti double AA kerana tidak akan kuning simpan lama untuk ribuan tahun. Menariknya 1 ekar pokok ganja sama dengan 4 ekar hutan perlu ditebang bagi hasilkan kertas.
2. Seluar jean yg bermutu tahan lama, like better than Levis memerlukan daun ganja
3. Biji pokok ganja boleh hasilkan minyak bagi buat plastik yg plastik tu mesra alam.
4. Biji benih pokok ganja tinggi protien guna untuk produk makanan.
5. Pokok ganja ada jantan dan betina, imej daun ganja yg famous tu pokok betina, pokok jantan pulak kurang daun dan tidak menarik.
Ganja sebagai tanaman yang paling terkenal sepanjang sejarah manusia, tidak bisa dipungkiri telah mengalami berbagai bentuk pemberitaan yang tidak obyektif dan cenderung negatif. Dari sudut pandang kesehatan manusia, tanaman Ganja (Cannabis sativa) adalah tanaman yang telah memiliki sejarah panjang dalam literatur-literatur medis purba dari berbagai kebudayaan dunia.
1. Kitab “Pen T’sao Ching” adalah kitab pengobatan herbal yang pertama di dunia. Dikumpulkan dari catatan-catatan Kaisar Shen Nung pada tahun 2900-2700-an S.M. (Sebelum Masehi), kitab ini menyebutkan bahwa Ganja memiliki khasiat menghilangkan sakit datang bulan, malaria, rematik, gangguan kehamilan, gangguan pencernaan, dan penyakit lupa.
2. Tablet (potongan-potongan batu) yang ditemukan di reruntuhan perpustakaan Ashurbanipal di Kouyunjik adalah kumpulan peninggalan ilmu pengetahuan dari peradaban di daerah subur Mesopotamia. Raja Ashurbanipal yang memerintah di kota Niniveh antara tahun 668 hingga 626 S.M. adalah simbol bagi kemajuan ilmu pengetahuan peradaban di Mesopotamia. Keping-keping batu yang dipahat dengan huruf paku (cuneiform) ini menyebutkan bahwa tanaman ganja memiliki manfaat sebagai : insektisida, perangsang seksual, menyembuhkan impotensi, neuralgia (penghilang rasa sakit saraf), tonik (penyegar), menyembuhkan penyakit ginjal, penyumbatan paru-paru, kejang, depresi, kecemasan, epilepsi, luka, dan memar pada kulit hingga menghilangkan sakit menstruasi.
3. Berbagai kitab pengobatan dari India juga menyebutkan mengenai beragam khasiat ganja dalam penyembuhan berbagai penyakit. Kitab Susruta Samhita (yang ditulis sekitar 800-300 S.M.) menyebutkan ganja berkhasiat dalam pengobatan radang pernafasan, diare, produksi cairan yang berlebih, serta demam. Sementara kitab seperti Rajanirghanta yang ditulis oleh Nahari Pandita pada tahun 300 masehi menyebutkan khasiat ganja untuk merangsang nafsu makan, memperbaiki ingatan, dan menghilangkan gas dalam sistem pencernaan.
Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang menggunakan bahan-bahan sintetik atau semi sintetik dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia (rasa gembira) yang berlebihan serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.
Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).
Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di Indonesia.
Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan metamfetamin). Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.
Dalam penelitian ilmiah dengan metode systematic review yang membandingkan efektifitas ganja sebagai obat antiemetic didapatkan hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic dibanding prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine, thiethylperazine, haloperidol, domperidone, atau alizapride, tetapi pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah pasien mengalami gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya seperti pusing, depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial hypotension.
Negeri Yunani sebagai salah satu lokasi asal penyebaran tonggak kemajuan peradaban manusia melahirkan juga kumpulan pengetahuan medisnya. Kitab “Materia Medica” yang ditulis oleh Dioscorides (1 S.M.) pada masa setelah Romawi menguasai Yunani menjadi buku rujukan bagi ilmuwan dari banyak bangsa selama 1500 tahun. Dalam “Materia Medica”, Dioscorides mencatat ganja sebagai tanaman yang serat batangnya bagus dan kuat untuk dibuat tali, sementara bijinya bermanfaat untuk mengobati sakit telinga dan hilangnya gairah seksual (Dioscorides 1968 – 3.165 – p.390). Dalam “de facultatibus alimentorum”, Claudius Galen atau yang lebih terkenal dengan Galen (128-201 Masehi) mencatat kalau masyarakat Yunani saat itu memakan kue dengan bahan ganja yang dinamai cum aliis tragematis & quot untuk kegembiraan dalam perjamuan.
Sementara sebagai obat, Galen mencatat kalau ganja dipakai untuk menghilangkan rasa sakit dan menghilangkan gas dari saluran pencernaan. Pemikir Yunani lain yang bernama Gaius Plinius Secundus atau “Pliny si Tua” (23-79 M) mencatat kegunaan ganja dalam “Naturalis Historia” sebagai jus untuk mengeluarkan cacing dan binatang2 kecil yang masuk ke telinga, menghilangkan sakit perut, menyembuhkan persendian yang kaku, rematik dan penyakit kulit.
Kumpulan pengetahuan medis dari bangsa Yunani ini kemudian diteruskan perkembangannya oleh bangsa Arab. Bangsa Arab merupakan bangsa yang memiliki kumpulan pengetahuan medis tentang ganja dengan jumlah paling banyak dibandingkan bangsa-bangsa yang lain sebelum abad ke-20. Catatan pertama manfaat medis ganja dalam literatur Arab muncul dari tulisan dokter bernama Ibn-Masawayh (857 M) yang menyebutkan kegunaannya sebagai obat sakit telinga. Pada abad ke-10, bapak kedokteran Arab, Ibnu Sinna atau yang lebih terkenal di dunia dengan Avicenna juga mencatat manfaat ganja untuk mengeluarkan gas dari perut.
Epilepsi merupakan penyakit yang tercatat oleh bangsa Arab sebagai penyakit yang dapat disembuhkan dengan ganja. Ibn al-Badri pada abad ke-15 menyebutkan kalau ganja bisa menyembuhkan serangan epilepsi dalam seketika (Lozano, 1989).
Pada awal abad ke-13 muncul larangan pertama di dunia Arab berdasarkan ajaran agama Islam mengenai pemakaian ganja, tepatnya pada masa kekuasaan raja al-Zahir baybars (Hamarneh, 1957). Tetapi seorang dokter kerajaan yang bernama Yusuf ibn Rasul masih bersikeras menggunakannya dalam praktek pengobatan untuk menyembuhkan sakit kepala (Lewis et al. 1971).
Catatan kegunaan medis menarik tentang ganja yang baru muncul dari bangsa Arab adalah khasiatnya menyembuhkan tumor. Ibn Buklari pada abad ke-11 menyebutkan kalau jus dari daun ganja bisa menyembuhkan ‘abses’ di kepala, Ibn-al-Baytar seabad kemudian menyebutkan khasiat minyak dari biji ganja untuk menghilangkan tumor yang sudah mengeras (al-awram al-siya). Catatan lain datang dari Muhammad Riza Shirwani pada abad ke-17 yang memakai biji ganja untuk pengobatan tumor pada rahim (Mu’min, 1669).
Pemakaian ganja sebagai pengobatan menyebar ke Eropa dan bahkan ke Amerika Selatan dari negeri Arab. Bangsa Arab adalah yang memperkenalkan benua Eropa pertama kali dengan salah satu penemuan terpenting umat manusia, yaitu kertas (kebetulan bahan bakunya adalah serat batang ganja). Bangsa Arab juga menjadi perantara penyebaran ilmu-ilmu kuno dari zaman keemasan Yunani dan Romawi, salah satunya adalah ilmu medis atau pengobatan. Dalam hal ini bangsa Arab memiliki kumpulan pengetahuan khasiat pengobatan tanaman ganja yang terbanyak di seluruh dunia sebelum abad ke-20. Berikut ini adalah daftar beberapa ahli pengobatan yang tercatat dalam literatur pernah menyebutkan mengenai khasiat obat dari ganja :
-Ibn Masawayh (857 M) & Ishaq b. Sulayman (abad ke-10) – Minyak biji ganja untuk menyembuhkan sakit di telinga.
-Ibn al-Baytar (1291) – Minyak biji ganja untuk menyembuhkan gas (‘rih’) pada telinga.
-Al-Antaki (abad ke-16) – minyak biji ganja dapat membunuh cacing dalam telinga & mengeluarkan benda-benda asing dan kotoran.
-Al-Dima (abad ke-9) – Ganja untuk obat cacing perut.
-Al-Firuzabadi (abad ke-14 – 15) – Obat cacing kremi / habb al-qar’.
-Sabur ibn Sahl (abad ke-9) – Menghilangkan rasa sakit kronis, sakit kepala, migrain, mencegah keguguran, gagal melahirkan, mengurangi sakit pada rahim, & menjaga bayi tetap pada abdomen ibunya (kitab “Al-Aqrabadhin Al-Saghir”).
-Ibn Wafid al-Lajmi (abad ke-11) – Biji ganja untuk menambah produksi air susu ibu & menyembuhkan sakit amenorrhea.
-Avicenna/Ibnu Sinna (abad ke-10) – daun dan biji ganja u/ mengobati & mengeluarkan gas dari perut.
-Al-Biruni (abad ke-12) – Menyembuhkan rasa sakit kronis
-Al-Masi (1877) – Daun ganja untuk mengeluarkan gas dari rahim, usus & lambung.
-Al-Mayusi (1877) – Daun ganja untuk menghilangkan dahak dari perut.
--Ibn Habal (1362) – Biji ganja untuk mengeluarkan cairan empedu dan dahak.
--Ibn al-Baytar (1291) – Ganja untuk melancarkan buang air kecil.
--Ishaq b. Sulayman (1986) – Ganja bisa menghangatkan badan.
--Jabir ibn Hayyan (abad ke-8) – Ganja memiliki sifat psikoaktif (kitab al-Sumum).
--Umar Ibn Yusuf ibn Rasul (abad ke-13) – Ganja sebagai obat sakit kepala.
--Ibn al-Baytar (1291 AH) – Minyak biji ganja untuk mengurangi sakit syaraf.
--Al-Qazwini (1849) – Jus ganja untuk mengurangi rasa sakit pada peradangan bola mata.
--Tibbnama (1712) – Tumbukan batang dan daun ganja untuk mengobati wasir.
--Al-Masi (abad ke-10) – Ganja untuk pengobatan epilepsi.
--Al-Badri (1464) – Ganja untuk mengobati epilepsi.
--Abu Mansur ibn Muwaffak (abad ke-10) – Ganja untuk mengobati sakit kepala (Kitab al-abniya ‘an haqa’iq al-adwiya).
--Avicenna (1294) – Jus dari daun ganja untuk obat panu di kulit.
--Al-Razi – Jus daun ganja untuk merangsang pertumbuhan rambut.
--Ibn Buklari (abad ke-11) – Jus daun ganja untuk menyembuhkan abses (tumor) di kepala.
--Muhammad Riza Shirwani (abad ke-17) – Minyak biji ganja untuk mengobati tumor pada rahim.
Berbagai catatan dari ahli-ahli   pengobatan Arab ini masih mencengangkan dunia medis modern. Mengherankan   karena banyak di antara khasiat ganja yang disebutkan di atas bahkan   belum dikonfirmasi atau dibuktikan oleh ilmu pengetahuan medis saat ini,   namun sudah dibuktikan dan dipercaya kemanjurannya oleh  ilmuwan-ilmuwan  dari Arab.
Pada  bulan November 1996 masyarakat  California menyetujui proposisi 215,  sebuah inisiatif yang dapat,  membuat mariyuana tersedia secara legal  sebagai obat di Amerika Serikat  untuk pertama kali setelah  bertahun-tahun. Dibawah undang-undang yang  baru, pasien atau perawat  utama mereka yang memiliki atau menanam ganja  untuk perawatan medis  yang telah direkomendasikan oleh seorang dokter  akan dibebaskan dari  segala tuntutan kriminal. Pengobatannya dapat  diperuntukkan bagi  “Kanker, anorexia, AIDS, rasa sakit kronis,  kejang-kejang, galukoma,  arthritis, migrain, atau apapun penyakit  lainnya yang dapat disembuhkan  oleh mariyuana.” Dokter tidak boleh  dihukum dalam cara apapun karena  membuat rekomendasi, yang dapat ditulis  maupun secara lisan.  Disahkannya hukum seperti ini hanyalah permulaan  dari sebuah trend yang  akan menghadirkan tantangan baru bagi dokter,  yang akan diminta untuk  mengambil tanggung jawab awal dimana banyak dari  kita yang belum siap.  Semakin banyak pasien yang mendekati mereka  dengan pertanyaan mengenai  mariyuana, mereka harus memberikan jawaban  dan membuat rekomendasi. Itu  berarti bahwa mereka tidak hanya harus  mendengarkan dengan lebih  cermat pasien-pasien mereka namun juga  mendidik mereka sendiri dan yang  lain. Mereka harus mempelajari gejala  dan gangguan mana yang bisa  diobati dengan lebih baik dengan ganja  daripada pengobatan yang  konvensional, dan mereka mungkin perlu untuk  menjelaskan bagaimana  menggunakan mariyuana.
Berbagai catatan dari ahli-ahli   pengobatan Arab ini masih mencengangkan dunia medis modern.  Mengherankan  karena banyak di antara khasiat ganja yang disebutkan di  atas bahkan  belum dikonfirmasi atau dibuktikan oleh ilmu pengetahuan  medis saat ini,  namun sudah dibuktikan dan dipercaya kemanjurannya oleh  ilmuwan-ilmuwan  dari Arab.
Pada  bulan November 1996 masyarakat  California menyetujui proposisi 215,  sebuah inisiatif yang dapat,  membuat mariyuana tersedia secara legal  sebagai obat di Amerika Serikat  untuk pertama kali setelah  bertahun-tahun. Dibawah undang-undang yang  baru, pasien atau perawat  utama mereka yang memiliki atau menanam ganja  untuk perawatan medis  yang telah direkomendasikan oleh seorang dokter  akan dibebaskan dari  segala tuntutan kriminal. Pengobatannya dapat  diperuntukkan bagi  “Kanker, anorexia, AIDS, rasa sakit kronis,  kejang-kejang, galukoma,  arthritis, migrain, atau apapun penyakit  lainnya yang dapat disembuhkan  oleh mariyuana.” Dokter tidak boleh  dihukum dalam cara apapun karena  membuat rekomendasi, yang dapat ditulis  maupun secara lisan.  Disahkannya hukum seperti ini hanyalah permulaan  dari sebuah trend yang  akan menghadirkan tantangan baru bagi dokter,  yang akan diminta untuk  mengambil tanggung jawab awal dimana banyak dari  kita yang belum siap.  Semakin banyak pasien yang mendekati mereka  dengan pertanyaan mengenai  mariyuana, mereka harus memberikan jawaban  dan membuat rekomendasi. Itu  berarti bahwa mereka tidak hanya harus  mendengarkan dengan lebih  cermat pasien-pasien mereka namun juga  mendidik mereka sendiri dan yang  lain. Mereka harus mempelajari gejala  dan gangguan mana yang bisa  diobati dengan lebih baik dengan ganja  daripada pengobatan yang  konvensional, dan mereka mungkin perlu untuk  menjelaskan bagaimana  menggunakan mariyuana.
Ganja sangatlah aman, praktis, dan obat-obatan yang potensinya sangat murah. Ketika kami mengulas kegunaan medisnya pada tahun 1993 setelah memeriksa banyak pasien dan sejarah kasus, kami dapat menyebutkan daftar sebagai berikut : mual dan muntah-muntah dalam kemoterapi kanker, sindroma hilangnya berat badan pada AIDS, glaukoma, epilepsi, kejang otot dan rasa sakit kronis pada multiple sclerosis, quadriplegia dan gangguan kejang lainnya, migrain, prurits parah, depresi, dan gangguan mood lainnya. Sejak itu kami telah mengidentifikasi lebih dari selusin lainnya termasuk asma, insomnia, dystonia, scleroderma, penyakit Crohn’s, diabetic gastroparesis, dan penyakit terminal. Daftar ini pun masih panjang.
Sebagai contoh, ganja juga ditemukan bermanfaat dalam pengobatan dari ostoarthritis. Aspirin dipercaya telah menyebabkan lebih dari 100 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Lebih dari 7,600 kematian setiap tahun dan 70,000 perawatan rumah sakit yang disebabkan oleh non-steroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) telah dilaporkan. Komplikasi gastrointestinal dari NSAIDs adalah efek samping serius yang paling sering dilaporkan. Penggunaan acetaminophen jangka panjang dianggap sebagai salah satu penyebab paling umum dari penyakit ginjal tahap akhir. Ganja yang dihisap beberapa kali sehari sering lebih efektif dari NSAIDs atau acetaminophen dalam osteoarthritis, dan belum pernah ada laporan kematian akibat ganja.
Sering diperdebatkan bahwa bukti dari kegunaan medis marijuana, walaupun kuat, hanyalah cerita belaka (anecdotal). Adalah benar bahwa tidak ada studi yang memenuhi standard dari Food and Drug Administration, terutama karena hambatan legal, birokratik dan finansial terus-menerus diberikan. Situasinya adalah ironi, karena begitu banyak penelitian telah dilakukan terhadap marijuana, sering dalam usaha yang tidak sukses untuk menunjukkan bahaya kesehatan dan potensi adiktif, yang kita tahu lebih banyak tentangnya daripada mengenai obat-obatan resep. Dalam kasus apapun, penelitian yang terkontrol dapat menyesatkan jika yang diteliti adalah pasien yang salah atau dosis yang keliru digunakan, serta respon pengobatan yang umum (dianggap biasa oleh pasien) dapat dikaburkan dalam eksperimen grup.
Bukti-bukti anekdotal adalah sumber dari kebanyakan pengetahuan kita mengenai obat-obatan. Seperti yang ditunjukkan oleh Louis Lasagna, eksperimen terkontrol tidak dibutuhkan untuk mengenali potensi terapeutik daro chloral hydrate, barbiturate, aspirin, insulin atau penisilin. Bukti-bukti anekdotal juga menunjukkan kegunaan dari propanolol dan chlorothiazide untuk hipertensi, diazepam untuk status epilepticus, dan imipramine untuk enuresis. Semua obat-obatan ini pada mulanya telah disetujui untuk kegunaan yang lain.
Beberapa dokter dapat menganggap ini sebagai tidak bertanggung jawab untuk didukung, lebih-lebih mengadvokasi penggunaan ganja berdasarkan dari bukti-bukti anekdotal (kesaksian pribadi), yang terlihat menghitung keberhasilan dan tidak menghiraukan kegagalan. Hal itu akan menjadi masalah serius hanya jika ganja merupakan obat yang berbahaya. Tahun-tahun dari usaha untuk membuktikan bahwa mariyuana berbahaya secara berlebihan telah membuktikan sebaliknya. Ia lebih aman, dengan lebih sedikit efek samping serius, daripada kebanyakan obat-obatan resep, dan jauh lebih tidak adiktif atau dapat disalahgunakan daripada banyak obat yang sekarang digunakan sebagai pelemas otot, hypnotic dan analgesic.
Karena itu dapat diperdebatkan bahwa jika hanya sedikit pasien yang bisa mendapatkan penyembuhan dari ganja, maka ganja harus dibuat tersedia karena resiko akan sangat kecil. Sebagai contoh, banyak pasien dengan multiple sclerosis menemukan bahwa ganja mengurangi kejang otot mereka dan rasa sakitnya. Seorang dokter mungkin tidak yakin bahwa pasien tertentu akan mendapatkan penyembuhan yang lebih baik dari ganja daripada obat seperti baclofen, dantrolene, dan dosis tinggi diazepam yang telah dikonsumsi si pasien, namun satu hal yang pasti adalah bahwa reaksi racun dari mariyuana sangatlah tidak mungkin, karena itu pertimbangan rasio antara resiko dan manfaat membuatnya sangat patut dicoba. Bagaimanapun, sebuah bentuk preparasi dan intruksi mungkin diperlukan, baik untuk mecapai tujuan pengobatan dan untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan. Efek psikoaktif, sebagai contohnya, harus dijelaskan kepada pasien yang awam terhadap mariyuana, yang mungkin akan mengalami kecemasan pada penggunaan awal.
Pertimbangan legitimasi yang  utama adalah  efek dari merokok pada paru-paru. Banyak dokter menemukan  sulit untuk  menyarankan obat yang dirokok. Walau asap ganja mengandung  lebih banyak  tar dan materi partikulat daripada asap tembakau, jumlah  yang diperlukan  oleh kebanyakan pasien sangatlah terbatas. Lebih  lanjut, ketika  mariyuana adalah obat yang dikenal secara terbuka,  solusi bagi  permasalahan ini mungkin bisa ditemukan, mungkin dengan  pengembangan  dari teknik untuk menghirup uap ganja. Bahkan sekarang,  bahaya paling  besar dari menggunakan ganja untuk keperluan medis  bukanlah  ketidakmurnian dalam asapnya namun ilegalitasnya, yang telah  menempatkan  kecemasan dan pengorbanan besar pada orang-orang yang  menderita.
Sebuah versi sintetis  dari  delta-9-tetrahydrocannabinol, zat aktif utama pada ganja, telah  tersedia  dalam bentuk oral untuk keperluan terbatas sebagai obat yang  termasuk  daftar “Schedule II” sejak tahun 1985. Obat ini, dronabinol  (Marinol),  secara umum dianggap sebagai kurang efektif daripada  mariyuana yang  dirokok. Pasien yang mengalami mual-mual parah dan  terus-menerus muntah,  sebagai contoh, dapat menemukannya sebagai hampir  tidak mungkin untuk  menyimpan pil atau kapsul. THC oral secara acak  dan lambat diserap ke  dalam pembuluh darah; dosis dan durasi dari efek  mariyuana yang dihisap  adalah lebih mudah untuk dititrasi. Lebih  lanjut, THC oral seringkali  membuat banyak pasien menjadi cemas dan  tidak nyaman, kemungkinan karena  cannabidiol, satu dari banyak zat pada  mariyuana, memiliki efek  anxiolytic.
Selain  tanggung jawab langsung terhadap  pasien individual yang berhubungan  dengan mariyuana medis, dokter juga  mempunyai kewajiban yang bersifat  sosial dan terutama politis. Jerome P.  Kassirer telah  mengidentifikasinya dalam editorial New England Journal  terbaru yang  berjudul “Federal Foolishness and Mariyuana.” Ia  mendeskripsikan  kebijakan pemerintah pada mariyuana medis sebagai  “munafik” dan  memprediksi bahwa dokter yang “memiliki keberanian untuk  menentang  pelarangan mariyuana bagi orang sakit” pada akhirnya akan  memaksa  pemerintah untuk mencapai sebuah bentuk akomodasi. Tugas  penting  tersebut akhirnya akan jatuh pada generasi dokter yang lebih  muda,  termasuk mahasiswa kedokteran saat ini dan di masa depan.
Istilah mariyuana medis (medical mariyuana)   mendapat pengertian baru yang dramatis pada Februari tahun 2000,  ketika  para peneliti di Madrid mengumumkan bahwa mereka telah  menghancurkan  tumor otak yang tidak bisa disembuhkan pada tikus dengan  menyuntik  mereka dengan THC, zat aktif pada ganja.
Studi  di Madrid menandai kesempatan kedua  dimana THC telah diberikan kepada  hewan yang mengidap tumor; yang  pertama adalah penyelidikan Virginia 26  tahun yang lalu. Pada kedua  studi, THC menyusutkan atau menghancurkan  tumor pada sebagian besar  subyek tes.
Kebanyakan  masyarakat Amerika tidak  mengetahui apa-apa mengenai penemuan Madrid.  Hampir tidak ada Koran  Amerika Serikat yang memuat ceritanya (tidak  heran, karena mereka  berusaha menutup-nutupinya -pen.), yang hanya  diterbitkan sekali di  jaringan berita AP dan UPI, pada tanggal 29  februari 2000.
Bagian yang  mengerikan adalah ini  bukanlah pertama kalinya ilmuwan telah menemukan  bahwa THC bisa  menyusutkan tumor. Pada tahun 1974 peneliti di Medical  College of  Virginia, yang telah didanai oleh National Institute of  Health untuk  menemukan bukti bahwa mariyuana merusak sistem kekebalan  tubuh, malah  menemukan bahwa THC menghambat pertumbuhan tiga jenis  kanker pada tikus  – kanker paru-paru dan payudara serta kanker darah  (leukimia) yang  disebabkan oleh virus.
DEA  dengan cepat menutup studi Virginia  dan seluruh penelitian lebih  lanjut mengenai ganja dan tumor, menurut  Jack Herer, yang melaporkan  pada peristiwa di bukunya, “The Emperor  Wears No Clothes,” Pada  tahun 1976 Presiden Gerald Ford  menghentikan seluruh penelitian publik  terkait dengan ganja dan  memberikan hak penelitian eksklusif kepada  perusahaan-perusahaan  farmasi, yang merencanakan – namun gagal – untuk  mengembangkan bentuk  sintetis dari THC yang dapat memberikan semua  manfaat medis tanpa efek  “tinggi.”
Peneliti  Madrid melaporkan pada terbitan  Maret dari “Nature Medicine” bahwa  mereka menginjeksi otak dari 45  tikus-tikus dengan sel kanker,  menghasilkan tumor yang keberadaannya  dikonfirmasi oleh MRI (Magnetic  Resonance Imaging). Pada hari ke-12  mereka menginjeksi 15 ekor tikus  dengan THC dan 15 ekor dengan  Win-55,212-2 sebuah senyawa sintetis yang  mirip dengan THC. “Semua tikus  yang tidak diberi pengobatan mati dalam  waktu 12-18 hari setelah  inokulasi sel glioma (kanker otak) … Tikus  yang diberikan cannabinoid  (THC) bertahan hidup jauh lebih lama  daripada tikus yang menjadi  pembanding (kontrol). Pemberian THC  tidaklah efektif pada tiga ekor  tikus, yang mati pada hari 16-18.  Sembilan dari tikus yang diobati  dengan THC hidup sampai melewati masa  kematian dari tikus yang tidak  diberikan apa-apa, dan bertahan hidup  hingga 19-35 hari. Selebihnya,  tumor sepenuhnya menghilang pada ketiga  tikus yang diberi THC.”  Tikus-tikus yang diobati dengan Win-55,212-2  menunjukkan hasil yang  sama.
Peneliti  Spanyol, dipimpin oleh Dr.  Manuel Guzman dari University of  Complutense, juga mencoba mengaliri  otak tikus yang sehat dengan dosis  besar THC selama tujuh hari, untuk  menguji efek biokimia yang berbahaya  atau efek neurologis. Mereka juga  tidak menemukan apa-apa.
“Analisis  MRI yang hati-hati dari seluruh  tikus yang bebas dari tumor  menunjukkan tidak adanya tanda-tanda  kerusakan yang berkaitan dengan  necrosis, edema, infeksi atau trauma …  Kami juga meneliti potensi lain  dari efek pemberian cannabinoid. Pada  kedua tikus, baik yang bebas dari  tumor maupun yang mengidap tumor,  pemberian cannabinoid tidak  menyebabkan perubahan yang substansial sama  sekali pada ukuran perilaku  seperti koordinasi motor dan aktifitas  fisik. Konsumsi makanan dan  air, juga pertambahan berat badan tidak  ditemukan selama dan setelah  pemberian cannabinoid. Begitu juga, profil  hematologikal umum dari  tikus-tikus yang diobati dengan cannabinoid yang  tampak normal.  Kemudian, baik ukuran biokima maupun penanda akan  kerusakan jaringan  tidak menampakkan perubahan substansial selama  pemberian 7 hari atau  setidaknya selama 2 bulan setelah pengobatan  dengan cannabinoid  berakhir.
Penelitian Guzman  adalah penelitian  satu-satunya sejak studi Virginia 1974 ketika THC  diberikan kepada hewan  yang mengidap tumor. Ilmuwan Spanyol telah  mengutip studi tahun 1998  dimana cannabinoid telah menghambat  penyebaran sel kanker payudara,  namun penelitian tersebut adalah  penelitian dengan cawan Petri dan tidak  melibatkan subyek yang hidup.)
Dalam  wawancara dengan email untuk cerita  ini, ilmuwan dari Madrid  mengatakan bahwa ia telah mendengar mengenai  studi Virginia, namun  tidak pernah berhasil menemukan literatur  mengenainya. Bagaimanapun,  artikel dalam Nature Medicine menyebutkan  bahwa studi yang baru sebagai  studi yang pertama dilakukan pada hewan  pengidap tumor dan tidak  mengutip penelitian Virgina tahun 1974.
“Saya  mengetahui keberadaan penelitian  tersebut. Sebenarnya saya telah  berusaha mencoba beberapa kali untuk  mendapatkan artikel jurnal dari  penelitian yang asli oleh orang-orang  ini, namun terbukti tidak  mungkin.” Ujar Guzman.
Pada  tahun 1983 pemerintahan  Reagan/Bush mencoba untuk membujuk  universitas-universitas Amerika dan  para peneliti untuk menghancurkan  seluruh hasil penelitian ganja dari  1966-1967, termasuk compendium  dalam perpustakaan,  lapor Jack Herer, yang menyebutkan, “Kami  mengetahui bahwa sejumlah  besar informasi sejak itu telah menghilang.”
Guzman memberikan judul dari karyanya – “Antineoplastic Activity of Cannabinoids,”   sebuah artikel pada jurnal dari National Cancer Institute tahun 1975 –   dan penulis ini mendapatkan salinan dari fakultas kedokteran  University  of California di Davis dan mem-fax-nya ke Madrid.
Ringkasan  dari studi Virginia dimulai,  “Pertumbuhan adenocarcinoma paru-paru  Lewis telah dihambat dengan  pemberian secara oral dari  tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabinol  (CBN)” – dua jenis dari  cannabinoid, sebuah keluarga dari komponen aktif  di mariyuana. “Tikus  yang diobati selama 20 hari berturut-turut dengan  THC dan CBN telah  berkurang ukuran tumor utamanya.
Pada  artikel jurnal tahun 1975 tidak  menyebutkan mengenai kanker tumor  payudara, yang hanya dimuat sebagai  cerita koran satu-satunya yang  pernah muncul mengenai studi 1974 – pada  bagian local dari Washington  Post pada 18 Agustus, 1974. Dibawah judul,  “Penghambat Kanker Tengah  Dipelajari,” berikut sebagian dari isinya:
“Agen  kimia aktif pada mariyuana yang  menghambat pertumbuhan dari tiga jenis  kanker pada tikus dan juga  mungkin menghambat reaksi kekebalan yang  menyebabkan penolakan  transplantasi organ, telah ditemukan oleh  fakultas kedokteran dari Tim  Virginia.” Ilmuwan, “menemukan bahwa THC  memperlambat pertumbuhan dari  kanker paru-paru, kanker payudara dan  leukemia yang dipicu oleh virus  pada tikus laboratorium, serta  memperpanjang hidup mereka sebanyak 36  persen.”
Guzman,  menulis dari Madrid, dengan fasih  dalam responnya setelah penulis ini  mengirimkan fax dari kliping  Washington Post kepadanya seperempat abad  yang lalu. Dalam terjemahan,  dia menulis :
“Ini  sangat menarik bagi saya, harapan  bahwa proyek ini terlihat sedang  bangkit pada saat ini, dan perkembangan  menyedihkan dari  peristiwa-peristiwa selama tahun-tahun setelah  penemuan ini, hingga  saat ini kita menutup kembali tabir akan kekuatan  anti-tumor dari THC,  dua puluh lima tahun kemudian. Sayangnya, dunia  terpantul-pantul antara  momen harapan dan periode panjang dari  pengebirian intelektual.”
Liputan-liputan berita dari  penemuan  Madrid hampir-hampir tidak ditemukan di negara ini. Berita ini   diterbitkan diam-diam pada 29 Februari tahun 2000 dengan cerita yang   pernah dimuat sekali pada kawat UPI tentang artikel Nature Medicine. Penulis ini menemukannya pada link   yang muncul sebentar pada halaman situs Drudge Report. New York Times,   Washington Post dan Los Angeles Times semuanya menghiraukan saja  cerita  ini, walaupun pentingnya berita ini tidak dapat dipungkiri :  sebuah zat  tidak berbahaya yang terdapat di alam dan dapat  menghancurkan tumor otak  yang mematikan.
Bila  profesor Cheech dan Chong menerima  bantuan universitas untuk  mengajarkan sejarah pengobatan dari subyek  favorit mereka, tebal dari  paket kurikulumnya akan mengejutkan. Sejak  2737 SM (sebelum masehi),  kaisar yang mistis, Shen Nung dari Cina sudah  meresepkan teh ganja  untuk mengatasi encok, rematik, malaria dan mungkin  terdengar cukup  aneh, ingatan yang buruk. Popularitas ganja sebagai  pengobatan menyebar  ke seluruh Asia, Timur Tengah lalu turun ke wilayah  pantai timur  afrika, dan sekte-sekte Hindu tertentu di India menggunakan  mariyuana  (ganja) untuk kepentingan relijius dan pengobatan stress.  Tabib dari  zaman kuno juga memperingatkan akan penggunaan berlebihan  dari  mariyuana (ganja), mereka mempercayai bahwa konsumsi yang terlalu   banyak dapat menyebabkan impotensi, kebutaan dan bisa memunculkan   kemampuan “melihat setan”.
Pada  akhir abad ke-18, edisi awal dari  jurnal kedokteran Amerika  merekomendasikan biji ganja dan akarnya untuk  pengobatan kulit yang  terbakar (inflamasi), kesulitan pencernaan dan  penyakit kelamin. Dokter  dari Irlandia, william O’Shaughnessy pertama  kali mempopulerkan  penggunaan medis mariyuana (ganja) di Inggris dan  Amerika. Sebagai  dokter yang bekerja untuk British East India  Company, ia menemukan  bahwa ganja mengurangi sakit rematik dan bisa  membantu terhadap  ketidaknyamanan dan mual pada kasus rabies, kolera dan  tetanus.
Perubahan  sikap Amerika terhadap tanaman  ganja muncul pada akhir dari abad  ke-19, ketika diantara dua sampai lima  dari populasi Amerika Serikat  diketahui mengalami kecanduan terhadap  morfin, sebuah resep rahasia  namun populer pada obat-obatan paten dengan  nama yang beragam seperti  “The Peoples’s Healing Liniment for Man or  Beast” dan “Dr Fenner’s  Golden Relief”. Untuk mencegah lebih banyak lagi  masyarakat yang disapu  oleh kecanduan morfin-mengeluarkan Golden  Relief, pemerintah  memperkenalkan Pure Food and Drug Act pada tahun  1906, menciptakan Food  and Drug Administration (FDA). Sementara ia tidak  mengatur mengenai  mariyuana (ganja) dan hanya mengatur distribusi dari  opium dan morfin  dibawah pengawasan dan kontrol dokter, regulasi dari  zat-zat kimia  adalah pergeseran utama pada kebijakan obat-obatan di  Amerika.
Belum  pernah sebelum tahun 1914  penggunaan obat didefinisikan sebagai sebuah  tindak kriminal, di bawah  Harrison Act. Untuk menghindari isu hak  negara bagian, undang-undang  menggunakan pajak untuk meregulasi opium-  dan obat-obatan turunan dari  tanaman koka: UU ini menghapus pajak  terhadap penggunaan non-medis dari  obat-obatan yang jauh lebih tinggi  dari harga obat itu sendiri, dan  menghukum semua yang menggunakan obat  tanpa membayar pajak. Pada tahun  1937, dua puluh tiga negara bagian  telah melarang ganja : beberapa untuk  menghentikan pecandu morfin untuk  memakai obat jenis baru, dan beberapa  sebagai tekanan terhadap  imigran-imigran Meksiko yang baru mulai  berdatangan , terutama yang  membawa obat ini (ganja) bersama mereka.
Dengan  pengecualian selama Perang Dunia  ke-2, ketika pemerintah menanam  sejumlah besar ganja untuk mensuplai  kebutuhan tali tambang dari  Angkatan Laut serta menggantikan suplai  serat ganja dari Asia yang  sudah dikuasai oleh Jepang, mariyuana (ganja)  dikriminalkan dan hukuman  yang lebih berat diterapkan. Pada tahun  1950-an Kongres mengesahkan  “Bogss Act” dan “Narcotic Control Act”, yag  menjadi dasar hukuman  minimum bagi pelanggaran penggunaan obat, termask  kepemilikan dan  distribusi mariyuana.
Terlepas  dari undang-undang mariyuana  pada tahun 1970-an, pemerintahan Reagan  juga menerapkan kebijakan  terhadap obat-obatan yang keras kepada  mariyuana. Namun tetap,  kecenderungan jangka panjang adalah kepada  relaksasi : Hari ini, dua  belas negara bagian telah menerapkan  setidaknya sebuah bentuk dari  dekriminalisasi mariyuana.
Betapa  Keyakinan dan Paradigma,  memang sangat menentukan sekali dalam hidup  dan kehidupan manusia,  sehingga sesuatu yang sesungguhnya memiliki  nilai dan energi yang sangat  bermanfaat bagi manusia, bisa berubah  fungsi menjadi sesuatu yang  merusak, membunuh dan menghancurkan diri  manusia itu sendiri oleh karena  Keyakinan dan Paradigma manusia itu  sendiri. Sebagaimana  manfaat dari pohon atau tanaman Ganja ini  yang sesungguhnya memiliki  manfaat yang teramat sangat besar dan  memiliki nilai kemuliaan yang  sangat tinggi, manfaat tanaman ganja  sebagai berikut : Mengaktifkan  seluruh sistem sel, menyehatkan jiwa dan  raga, termasuk menyembuhkan  segala penyakit, mencerdaskan intelektual,  emosional dan spiritual,  efektif untuk penggunaan otak kanan, sangat  bermanfaat untuk penelitian  dan pengkajian IPTEK, bermanfaat untuk  membangkitkan energi alam bawah  sadar, bermanfaat untuk membuka rahasia  kekuatan alam bawah sadar yang  maha dahsyat, bermanfaat untuk  mengembalikan Jatidiri Kemanusiaan yang  sesungguhnya. Namun karena  keyakinan dan paradigma manusia negatif  sehingga daun keabadian ini pun  menjadi diharamkan.
Ganja  sebagai obat bukanlah hal yang  baru di belahan dunia timur, namun tidak  demikian di belahan dunia  barat. Dr. O’Shaughnessy membawa dan  mempopulerkan ganja sebagai obat  dari India ke Inggris pada tahun  1840.Tidak lama kemudian Dr. Sir Russel  Reynolds, seorang dokter  pribadi dari Ratu Victoria dengan yakin  memberikan resep ekstrak ganja  cair kepada sang Ratu. Sejak saat itu  Ratu memakainya setiap bulan  untuk menghilangkan sakit datang bulan.  Sebelumnya Ratu Victoria  menggunakan opium, kokain, anggur dan bahkan  kloroform untuk  menghilangkan rasa sakit datang bulan yang ia alami.
Kemudian Dr Reynolds membuat  pernyataan  dalam edisi perdana salah satu jurnal kedokteran tertua di  Inggris, “The  Lancet”, bahwa ganja “Bila dalam keadaan murni dan  diberikan dengan  hati-hati, adalah salah satu obat paling berharga yang  kita miliki”.
Sementara  “American Medical Association”  (AMA), mengklaim bahwa ganja tidak  memiliki nilai medis, industri  farmasi besar malah sibuk mendapatkan  paten untuk produk-produk berbasis  marijuana (ganja).
Posisi  pemerintah Amerika Serikat yang  menolak riset dan penggunaan medis  marijuana adalah kebijakan publik  yang irasional dan bobrok secara  moral. Mengenai poin ini, sedikit warga  Amerika yang tidak setuju.  Mengenai pertanyaan “mengapa”  pejabat-pejabat pemerintah federal masih  mempertahankan kebijakan yang  tidak manusiawi dan tidak fleksibel ini,  adalah cerita yang lain.
Satu  teori populer yang berusaha untuk  menjelaskan pelarangan pemerintah  federal yang tampak tidak bisa  dijelaskan terhadap ganja sebagai obat  medis berbunyi seperti ini : Baik  pemerintah Amerika Serikat maupun  industri farmasi tidak akan  mengizinkan penggunaan ganja (marijuana)  sebagai pengobatan medis karena  mereka tidak bisa mematenkannya atau  mengambil keuntungan darinya.
Ini adalah teori yang menarik, namun saya telah menemukannya tidak akurat maupun persuasif. Inilah kenapa;
Pertama, biarkan saya menyatakan  hal yang  jelas. Industri farmasi besar sedang sibuk mendaftarkan – dan  telah  menerima – beragam paten untuk khasiat pengobatan dari ganja.  Ini adalah  termasuk kepada turunan sintetis dari ganja (seperti pil  oral yang  mengandung THC, Marinol), agonis cannabinoid (agen sintetis  yang  mengikat kepada reseptor endocannabinoid otak) seperti HU-210 dan   antagonis ganja seperti Rimonabant. Kecenderungan ini baru-baru saja   diringkas dalam makalah NIH (National Institute of Health) yang   berjudul, “Sistem endocannabinoid sebagai sasaran yang sedang berkembang   dalam bidang farmakoterapi,” yang menyimpulkan, “Minat yang terus   bertumbuh terhadap ilmu pengetahuan yang mendasari pengobatan ganja   telah ditandingi oleh pertumbuhan jumlah obat cannabinoid dalam   perkembangan farmasi dari 2 pada tahun 1995 hingga 27 pada tahun 2004.   “Dalam kata lain, pada saat yang sama American Medical Association   memproklamirkan bahwa ganja tidak memiliki nilai medis, industri farmasi   besar malah sedang dalam kegilaan untuk mengeluarkan lusinan obat   berbasis ganja baru ke pasar.
Tidak  juga semua obat-obatan ini akan  berupa pil sintetis. Yang tercatat,  semprotan oral dari perusahaan GW  Pharmaceutical, Sativex, adalah  ekstrak alamiah ganja dalam dosis yang  telah dibuat standard. (Ekstrak  ini, terutama THC dan senyawa anxiolytic  yang non-psikoaktif, CBD,  diambil langsung dari tanaman marijuana/ganja  yang ditumbuhkan dalam  gudang perusahaan yang tertutup.)
Apakah minat yang mendadak  berkembang  dari industri farmasi besar pada penelitian dan pengembangan  obat-obatan  berbasis ganja berarti bahwa kalangan industri secara  proaktif  mendukung pelarangan mariyuana/ganja? Tidak jika mereka tahu  apa yang  baik bagi mereka. Biarkan saya menjelaskan.
Pertama,  setiap dan semua obat-obatan  berbasis ganja harus diberikan  persetujuan dari badan pengaturan federal  seperti FDA (Food & Drug  Administration) Amerika Serikat – sebuah  proses yang lebih didasari  oleh politik daripada kemajuan ilmiah.  Kemungkinannya adalah bahwa  pemerintah yang masih bersikap negatif  terhadap ganja tanpa alasan yang  masuk akal juga akan bersikap negatif  terhadap memberikan keputusan  terhadap farmasi berbasis ganja.
Sebuah  contoh dari ini dapat ditemukan  pada penolakan terbaru “Medicine and  Health Products Regulatory Agency”  (agen regulasi produk-produk  kesehatan) dari Sativex sebagai obat resep  di Amerika Serikat dan  Inggris Raya. (Perusahaan ‘ayah’ Sativex, GW  Parmaceuticals, bermarkas  di London.) Dalam tahun-tahun terakhir,  politisi Inggris telah  mengambil garis keras terhadap penggunaan  rekreasional dari mariyuana –  Memuncak pada deklarasi perdana menteri  Gordon Brown bahwa ganja hari  ini memiliki “kualitas mematikan.” (tidak  lama kemudian, parlemen  memutuskan untuk memerberat hukuman/penalti  kriminal terhadap  kepemilikan dari obat dari mulai peringatan verbal  hingga lima tahun  hukuman penjara.) Dalam lingkungan seperti ini  tidaklah mengherankan  bahwa pembuat peraturan di Inggris telah dengan  tegas menolak untuk  melegalisasi obat-obatan berdasar ganja, bahkan  sebuah obat dengan  catatan keamanan yang sangat bersih seperti Sativex?  Sebaliknya,  pembuat undang-undang Kanada – yang memiliki pandangan yang  lebih  liberal terhadap penggunaan ganja alamiah dan melaksanakan   distribusinya kepada pasien yang berhak – akhir-akhir ini telah   menyetujui Sativex sebagai obat-obatan resep.
Tentunya,  mendapatkan persetujuan  perundang-undangan barulah setengah dari  pertempuran. Hambatan utama  bagi industri farmasi besar adalah  menemukan konsumen untuk produknya.  Disini lagi, sebuah kebudayaan yang  akrab dengan dan mendapat  pengetahuan mengenai kegunaan pengobatan  ganja akan cenderung lebih  terbuka terhadap penggunaan obat-obatan  berbasis ganja daripada populasi  yang masih tersangkut dalam  cengkeraman film propaganda seperti “Reefer  Madness”. [baca : Konspirasi Ganja : Tanaman Multi Manfaat Yang Dilarang]
Akankah  pasien-pasien yang telah memiliki  pengalaman langsung dengan  penggunaan medis ganja yang alami beralih ke  obat-obatan farmasi  berbasis ganja jika suatu saat tersedia dengan  legal? Mungkin tidak,  namun individu-individu ini hanya menyusun  sebagian kecil dari populasi  Amerika Serikat. Tentunya banyak yang lain  akan beralih – termasuk  banyak pasien-pasien berumur tua yang tidak  pernah berminat untuk  mencoba atau mencari ganja yang alami. Intinya,  terlepas dari apakah  ganja legal atau tidak, obat-obatan farmasi  berbasis ganja tanpa ragu  akan memiliki daya tarik yang luas.
Tetapi  tidakkah ketersediaan  legal dari ganja akan mendorong pasien untuk  lebih sedikit menggunakan  obat-obatan farmasi secara keseluruhan?  Mungkin, walau sangat kecil  kemungkinannya akan mempengaruhi “maksud  utama” industri-industri  farmasi besar.
Yang  pasti, kebanyakan individu di  Belanda, Kanada dan Kalifornia – tiga  daerah dimana ganja untuk medis  adalah legal dan juga mudah didapat  pada pasar terbuka – menggunakan  obat-obatan resep, dan bukan ganja,  untuk mengobati penyakit mereka.  Lebih lanjut, terlepas dari  ketersediaan sejumlah besar obat herbal dan  tradisional seperti  Echinacea, Witch Hazel, dan Eastern hemlock,  kebanyakan warga Amerika  terus berpaling kepada produk farmasi sebagai  obat pilihan mereka.
Haruskah  munculnya pengobatan alernatif  dengan ganja yang legal akan memicu  atau membenarkan kriminalisasi dari  pasien yang menemukan penyembuhan  yang lebih superior dari tanaman ganja  alamiah? Tentunya tidak. Namun,  sebagaimana sektor swasta terus  bergerak ke depan dengan penelitian  mengenai keamanan dan keberhasilan  dari farmasi berbasis ganja, akan  menjadi lebih sulit bagi pemerintah  dan penegak hukum untuk  mempertahankan kebijakan mereka yang absurd dan tidak logis dari melarang ganja secara keseluruhan.
Tentunya,  jika tidak karena advokat yang  telah bekerja selama empat dekade untuk  melegalkan ganja untuk  pengobatan medis, kecil kemungkinan bahwa  siapapun – terutama industri  farmasi – akan mengalihkan perhatian  mereka kepada perkembangan dan  pemasaran dari obat-obatan yang berbasis  ganja. Dalam kata lain, saya  tidak akan menahan nafas saya untuk  menunggu akan datangnya cek royalti  apapun.
Oh  ya, dan bagi mereka yang mengklaim  bahwa pemerintah Amerika Serikat  tidak bisa mematenkan ganja untuk obat  medis, bisa memeriksa Paten US  no. #6630507.
Paul Armentano  adalah analis kebijakan  senior di Yayasan NORML (National Organization  for the Reform of  Marijuana Laws) , Washington, DC.
Sumber « Bacalah!
p/s: Entri Ini Ditulis bukannya bermaksud menggalakkan golongan masyarakat untuk mengosumsikan ganja dan memperlekehkan undang-undang,entri ini hanyalah perkongsian semata-mata..














No comments:
Post a Comment